Selasa, 12 Mei 2009

- kandungan teh dan faedahnya


Minum teh 4 sampai 5 gelas sehari sangat dianjurkan demi kesehatan tubuh manusia. Bayangkan, berbagai macam penyakit, seperti kanker, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi, bisa ditangkal dengan meminum teh.

Pada dasarnya, ada tiga macam teh, yakni teh hijau, teh hitam, dan teh oolong. Teh oolong merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau.

Teh hitam mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam, sedangkan teh hijau 230 macam. Komponen volatile tersebut berperan memberikan cita rasa yang khas pada teh.

Joko Pambudi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan, seperti dikemukakan dalam “Prosiding Seminar Sehari Teh Untuk Kesehatan, Hidup Sehat dengan Teh” yang telah dibukukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung 2000, menyebutkan, teh mengandung banyak komponen aktif.

Komponen itu, baik yang volatile maupun nonvolatile, adalah polyphenols (10-25%), methylxanthines, asam amino, peptida,komponen organik lain, tannic acids (9-20%), vitamin C (150 – 250 mg%), vitamin E (25-70 mg%), vitamin K (300 – 500 IU/g), B-carotene (13-20%), kalium (1795 mg%), magnesium (192 mg%), mangan (300-600 ug/ml), flour (0,1-4,2 mg/L), zinc (5,4 mg%), selenium 1,0-1,8 ppm%), copper (0,01 mg%), iron (33mg%), calcium (7 mg%), dan caffein (45-50 mg%).

Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols, termasuk di dalamnya flavonoid. Flavonoid ini merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alamiah ada pada sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman seperti teh dan anggur.

Subkelas dari polythenols meliputi flavones, flavonols, flavanones, catechins, antocyanidin dan isoflavones. Turunan flavonols, quercetin dan turunan catechins, epica-techin (EC), epigallo-catechins (EGC), epigallo-catechin gallate (EGCg) umumnya ditemukan di dalam teh.

EGCg dan quercetin merupakan antioksidan kuat 100 kali lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali vitamin E yang juga merupakan antioksidan potensial.

Dari “International Symposium on Health and Tea (1998)”, dinyatakan komposisi polythenolcatechin 210, flavonoles 14, thearubigins 0, undefines 266 dan kafein 45. Pada teh hitam (mg%), catechin 63, flavonoles 21, thearubigins 273, dan kafein 50. teh hijau (mg%) ialah

Pada teh hijau, catechins merupakan komponen utama. Sedangkan pada teh hitam dan teh oolong, catechins diubah menjadi theaflavin dan thearubigins.

Menurunkan Risiko Kanker

Dari berbagai studi dinyatakan, mengonsumsi teh berakibat menurunnya risiko penyakit kanker. Senyawa polyphenol dalam teh mampu memberikan perlindungan terhadap zat karsinogenik. EGCg dalam teh hijau merupakan senyawa aktif yang berperan mencegah terjadinya kanker. Di Jepang dilaporkan, catechin dapat membunuh Helicobacter pylori yaitu bakteri pemicu kanker lambung.

Alasan yang dikemukakan dalam pelbagai studi tersebut ialah senyawa antioksidan dalam teh mencegah terjadinya kerusakan DNA oleh radikal bebas. Polyphenol mencegah terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkendali sehingga mampu memperlambat perkembangan kanker. Polyphenol tertentu mungkin menghancurkan sel-sel kanker tanpa merusak sel-sel sehat sekitarnya.

Dalam studi lainnya dinyatakan, teh berkhasiat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah. Mekanisme pencegahan melalui teh terhadap penyakit kardiovaskular terdapat pada kemampuan teh untuk menghambat penyerapan kolesterol dan menghambat penggumpalan sel-sel platelet sehingga mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah.

Polyphenol teh (catechin dan theaflavin) juga merupakan antioksidan kuat yang mampu melindungi oksidasi LDL-kolesterol oleh radikal bebas. Teroksidasinya kolesterol tersebut diduga berpe-ran aktif dalam proses antherogenesis, yaitu proses awal pembentukan plaque pada dinding arteri.

Ada lagi studi terbaru yang menyebutkan teh menurunkan berat badan. Teh hijau diketahui mempunyai potensi sebagai thermogenesis sehingga mampu meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang berakibat terhadap penurunan berat badan. Hasil studi menjanjikan potensi penggunaan ekstrak teh hijau dalam program penurunan badan, di samping melakukan pembatasan konsumsi kalori (diet).

Studi baru di Inggris menyebutkan, kebiasaan minum teh secara teratur dapat mempertahankan keutuhan tulang dan mencegah terjadinya osteoporosis atau keropos tulang. Khususnya untuk wanita pascamenopause.

Ternyata wanita yang mengonsumsi teh memiliki ukuran kerapatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum teh secara bermakna. Senyawa aktif yang terkandung di dalam teh berperan menyerupai hormon esterogen lemah yang membantu melindungi tulang terhadap proses kerapuhan (osteoporosis).

Sumber Mineral

Teh juga menyimpan potensi sebagai sumber mineral tubuh yang penting dalam berbagai proses metabolisme. Sumber mineral muncul baik berupa makro maupun trace mineral. Keduanya sangat diperlukan sebagai nutrisi bagi tubuh.

Magnesium dalam teh terlibat 300 macam enzim dalam metabolisme tubuh di samping sebagai pengatur elektrolit tubuh, hormon eceptor, metabolisme vitamin D, dan pembentukan tulang. Teh juga sebagai sumber magnesium bagi tubuh.

Kalium dalam teh akan menjaga keseimbangan elektrolit tubuh berperan pula dalam metabolisme energi, transportasi membran, dan mempertahankan permeabilitas sel. Kalium berfungsi dalam menyampaikan pesan syarat otot (neuromuscular).

Kandungan flour berfungsi mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindari dari karies. Teh membantu mencegah pembentukan plak gigi dan membunuh bakteri mulut penyebab pembengkakan gusi. Kandungan natrium juga berperan erat dalam mengatur keseimbangan elektrolit. Fungsi ini juga ada pada kalium. Ada pula unsur kalsium dalam teh yang berguna untuk pembentukan dan memperbaiki tulang.

Kandungan seng pada teh berfungsi untuk metabolisme tubuh dan berperan erat dalam pertumbuhan dan perkembangan, sintesis vitamin A, sistem kekebalan tubuh, dan pembentukan enzim pemusnah radikal bebas. Kandungan mangan merupakan ko-enzim berbagai metallo enzim (MnSOD) aktivator.

MnSOD enzim penting untuk menghancurkan radikal bebas. Kandungan Cu berperan dalam metabolisme tubuh dan salah satu fungsinya adalah pemusnah radikal bebas. Karena perannya sebagai enzim antioksidan maka kandungan Cu berpotensi menurunkan peluang terkena penyakit degeneratif.

Menurut Direktur Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Dr Ir Gusti Wen-ten Astika kepada Pembaruan di Bandung baru-baru ini, mengingat fungsi teh yang begitu tinggi untuk kesehatan manusia maka pihaknya terus melakukan penelitian agar kandungan catechin pada teh cukup tinggi.

Dalam 1 kg teh maka terdapat 10 persen kandungan catechin. Sedangkan dalam pucuk daun teh muda terdapat 23 persen catechin. Catechin dalam teh sangat berguna bagi kesehatan manusia. Saat ini harga 1 kg teh yang memiliki kandungan catechin tinggi bisa mencapai Rp 7 juta/kg.

5 komentar:

indONEsia's Post mengatakan...

thx artikelnya :D
ini sumbernta darimana??

ngomong2 soal cathecin yg baik bagi kesehatan,.. apa dampak spesifiknya bagi tubuh?

trimaksiii

TPH mengatakan...

Terima kasih untuk informasinya.

TPH mengatakan...

nice info. thanks.

Anonim mengatakan...

Teh dibagi berdasarkan warna air juga diseduh..
Ada warna hijau, merah , hitam, puitih/bening, kuning.

Teh yg ada di indonesia rata2 teh merah..
Teh merah ini yg enak apabila ditambahkan gula dan susu.

Untuk teh hitam ada teh yg namanya pu er...

Untuk teh oolong itu banyak sekali jenisnya...
Contoh.. Teh kwan im

Untuk menyeduh teh ada aturannya....
Tempat atau teko untuk penyeduhannya ada jenisnya juga..

Contoh teh merah bisa diseduh dgn teko keramik...
Tapi teh oolong lebih baik dgn teko tanah...

Masih banyak lagi ilmu soal teh..

PONPES ANAK-ANAK MAMBAUL HUDA IX mengatakan...

artikel dari situshijau.co.id
catechin adalah komponen utama golongan polifenol dari teh.
untuk extrax powder teh hijau yang pernah saya uji bisa mencapai 30% kadar catechinnya (dengan total polifenol 80%)
dari berbagai sumber catechin ini bermanfaat untuk antioksidan, mengurangi resiko kanker, darah tinggi dan kadar gula darah