Rabu, 01 April 2009

- menyibak brokoli,kol,kubis


Meskipun telah diketahui mengonsumsi sayuran tertentu, seperti brokoli, dapat membantu mencegah kanker payudara, tapi belum diketahui mekanisme bagian aktif di dalam sayur-mayur itu menghalangi penyebaran sel.

Beberapa ilmuwan di University of California, Santa Barbara, melaporkan penelitian baru mereka telah memperlihatkan bagaikan energi penyembuhan sayur itu bekerja pada tingkat sel di Washington, Selasa (23/12). Hasil studi tersebut disiarkan di dalam jurnal Carcinogenesis, terbitan Desember.

“Orang dapat melindungi diri dari kanker payudara dengan memakan sayur yang dapat dikonsumsi seperti kubis dan keluarga dekatnya seperti brokoli dan kembang kol,” kata penulis utama studi Olga Azarenko.

“Sayuran ini berisi zat yang disebut ‘isothiocyanate’, yang kami percaya bertanggung-jawab atas kegiatan anti-carcinogenik dan pencegahan-kanker dalam sayur-mayur ini,” katanya.

Penelitian mereka dipusatkan pada kegiatan anti-kanker pada salah satu bahan itu, yang disebut “sulforaphane”, atau SFN.

Hal itu sudah diperlihatkan mengurangi peristiwa tersebut dan tingkat tumor payudara yang disebabkan oleh bahan kimia pada hewan. Zat tersebut menghalangi pertumbuhan sel kanker payudaya pada manusia, yang mengakibatkan kematian sel.

Para peneliti membuat temuan mengejutkan, SFN mencegah penyebaran sel tumor manusia oleh satu meka nisme yang serupa dengan cara obat anti-kanker “taxol” dan “vincristine” menghalangi pembagian sel selam “mitosis”yaitu proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.

Namun SFN jauh lebih lemah dibandingkan dengan obat lain yang berdasar tanaman, sehingga tidak terlalu banyak mengandung racun.

“SFN mungkin menjadi bahan pencegahan kanker yang efektif karena SFN menghalangi penyebaran dan membunuh sel pra-kanker,” kata para penulis studi tersebut.

Bahan itu juga mungkin digunakan sebagai tambahan bagi “taxol” dan obat lain yang serupa guna meningkatkan keefektivan pembunuhan sel tumor tanpa peningkatan keracunan.
Sumber : http://republika.co.id/berita/22357.html

Tidak ada komentar: